Halaman Depan   Laporan Utama   Tajuk 68H   Profil 68H   Agenda 68H

Friday, January 21, 2005

Ketika Relawan Militer Singapura Pulang....

Hari ini, sekitar 700 pasukan militer Singapura yang melakukan operasi kemanusiaan di Meulaboh Aceh Barat mengucapkan selamat tinggal pada para korban Tsunami di Meulaboh. Mereka meninggalkan Meulaboh karena misi mereka sudah selesai. Benarkah karena alasan itu? Atau, apakah kepulangan mereka karena sikap pemerintah Indonesia yang sempat mengeluarkan kebijakan membatasi keberadaan para pasukan militer itu, walaupun kemudian meralatnya? Apakah sikap pemerintah Indonesia tersebut membuat para pasukan militer asing dan relawan asing gerah membantu Indonesia?. Cerita disusun Rezky Hasibuan.

***

Tuntas sudah tugas kemanusiaan yang diemban militer Singapura di Meulaboh, Aceh Barat.

"Ini misi saya akan selesai. Kenapa? Karena sewaktu saya lihat disini saya lebih senang, ini adalah indikasi bahwa situasi sudah baik. Di Meulaboh sudah saya lihat pasar buka. Tapi komitmen Singapura masih terus disini. Karena hanya militer yang misinya selesai. Sementara NGO sudah mulai datang, agency-agency Indonesia sudah datang. Mereka lebih cocok untuk rehabilitasi disini," kata Komandan Operasi Kemanusiaan Tentara Singapura di Meulaboh, Aceh Barat, Tan Tjuan, dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar.

Tan Tjuan ditanya, soal penarikan 700 pasukan militer Singapura dari Meulaboh. Ia mengaku penarikan pasukan tersebut karena misi mereka sudah selesai. Tan Tjuan menganggap sudah banyak kemajuan di Meulaboh. Ia mengatakan, para LSM dan pemerintah Indonesia lebih efektif untuk melakukan rehabilitasi di Meulaboh ketimbang relawan militer.

Hal yang sama juga terjadi dengan para relawan militer asal Amerika Serikat. Komandan Militer Amerika Serikat untuk wilayah asia Pasifik Thomas Fargo dikutip dari Kantor Berita AFP, mengatakan, dalam waktu 60 hari dari sekarang, seluruh pasukan Amerika Serikat akan ditarik dari Nangroe Acheh Darusallam. Ia mengatakan penarikan 15 ribu pasukannya, sesuai dengan permintaan pemerintah Indonesia yang menginginkan pasukan militer asing segera meninggalkan Acheh pada akhir Maret.

Sikap pemerintah Amerika ini ternyata mengundang reaksi dari PBB. Seorang anggota tim kesehatan dari PBB Rob Holden menyayangkan sikap Amerika tersebut. Ia mengatakan Kapal Induk Amerika dan Helikopter Amerika masih sangat dibutuhkan untuk mengangkut persediaan logistik ke lokasi bencana.

***

Mengapa para pasukan militer asing ini mulai menarik pasukannya dari Nangroe Acheh Darusallam?.

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu mengambil sikap untuk membatasi para pasukan Militer. Ia mengambil kebijakan membatasi keberadaan para pasukan militer asing di Acheh hingga 26 maret 2005. Namun kebijakan ini kemudian diralat oleh sekretaris negara Sudi Silalahi.

"Presiden sampai dengan saat ini tidak pernah memberikan batasan waktu batuan itu berakhir. Tapi time line dimaksudkan dalam tiga bulan, atau hingga 26 Maret nanti, ditargetkan tanggap darurat yang kita tentukan itu dapat dicapai. Nanti setelah tiga bulan itu barangkali keterlibatan personil-personil tidak mungkin akan perlu lanjutannya ini bisa dikurangi," kata Sudi Silalahi saat itu.

Selain membatasi keberadaan para pasukan militer asing di Acheh , pemerintah Indonesia juga membatasi wilayah kerja relawan asing. Relawan asing hanya diperbolehkan mengakses lokasi bencana di Banda Acheh, Acheh Besar dan Meulaboh. Pemerintah Indonesia beralasan pembatasan akses wilayah tersebut adalah untuk keamanan para relawan asing itu sendiri.

Juru bicara Kedutaan Besar Australia Elizabeth O'Neill terkejut mengetahui Amerika dan Singapura sudah mulai menarik pasukannya dari lokasi bencana di Acheh. Ia mengatakan pasukan militer Australia masih mau membantu pemulihan kondisi di Acheh. Ia mengatkan sampai saat ini Australia belum merencanakan menarik pasukannya dari Acheh.

"Saya pikir mereka tidak pernah ada waktu yang cepat. Tetapi saya sudah menjelaskan waktu pemerintah Indonesia mau military Australia pulang, pasti langsung … kami hanya disini untuk satu keharusan untuk membantu pemerintah Indonesia. Kami tidak ada maksud yang lain," kata O'Neill.

Hal yang sama juga diungkapkan Juru Bicara Kedutaan Jepang, Ayako Shimizu. Ia mengatakan pemerintah Jepang belum merencanakan untuk menarik pasukannya dari Aceh, namun pemerintah Jepang akan menarik pasukannya dari Aceh kalau pemerintah Indonesia memaksa.

"Dari pihak Jepang tidak memberi batas waktu. Tetapi sesuai kebutuhan yang di lapangan. Selama tiga bulan aktivitas ya… tapi kalau situasi tidak memungkinkan ya.. dipulangkan. Kalau kurang waktu tiga bulan tidak diperlukan, juga akan dipulangkan," kata Shimizu.

Menteri Koordinator Kesejahteran Rakyat Alwi Shihab mengatakan para relawan tim medis asing sebaiknya pulang saja ke negaranya jika sudah tidak dibutuhkan lagi di lokasi bencana. Ia mencontohkan relawan tim medis dari Jordania yang sudah pulang ke negaranya.

"Tentunya tim medis yang sudah merasa tidak sangat dibutuhkan, atau merasa tenaga medis kita sudah bisa mengambil alih tugas mereka. Kita tidak bisa menahan, kita persilahkan saja pulang," kata Alwi Shihab.

Alwi Shihab juga mengatakan beberapa relawan tim medis asing juga sudah dipindahkan dari Banda Aceh ke Medan. Alasan pemindahan tersebut karena ia menilai tim medis di lokasi bencana sudah berlebihan.

Kepala Divisi Indonesia dari LSM kesehatan internasional Medicins Sans Frontier (Dokter Lintas Batas), Sabine Reins mengatakan sampai saat ini mereka tetap melakukan kegiatan kemanusiaan di Acheh terutama untuk memulihkan kesehatan para korban tsunami di Aceh.

"Oh tidak (akan segera pulang). Kita masih punya banyak relawan yang bekerja di Aceh, baik relawan Indonesia dan relawan Internasional. Rencana kita adalah untuk menuntaskan kerja kita di Aceh untuk membangun kembali Aceh, terutama di sektor kesehatan," kata Sabine Reins kepada 68H.

Ia berharap pemerintah Indonesia memberikan akses waktu tanpa batas untuk setiap relawan asing yang bekerja di Acheh, terutama di bidang kesehatan. Karena menurutnya butuh waktu lebih dari tiga bulan untuk merehabilitasi semua sektor di Acheh yang terkena bencana Tsunami.

Rezki Hasibuan - 68H Jakarta