Halaman Depan   Laporan Utama   Tajuk 68H   Profil 68H   Agenda 68H

Friday, January 21, 2005

Ketika Relawan Militer Singapura Pulang....

Hari ini, sekitar 700 pasukan militer Singapura yang melakukan operasi kemanusiaan di Meulaboh Aceh Barat mengucapkan selamat tinggal pada para korban Tsunami di Meulaboh. Mereka meninggalkan Meulaboh karena misi mereka sudah selesai. Benarkah karena alasan itu? Atau, apakah kepulangan mereka karena sikap pemerintah Indonesia yang sempat mengeluarkan kebijakan membatasi keberadaan para pasukan militer itu, walaupun kemudian meralatnya? Apakah sikap pemerintah Indonesia tersebut membuat para pasukan militer asing dan relawan asing gerah membantu Indonesia?. Cerita disusun Rezky Hasibuan.

***

Tuntas sudah tugas kemanusiaan yang diemban militer Singapura di Meulaboh, Aceh Barat.

"Ini misi saya akan selesai. Kenapa? Karena sewaktu saya lihat disini saya lebih senang, ini adalah indikasi bahwa situasi sudah baik. Di Meulaboh sudah saya lihat pasar buka. Tapi komitmen Singapura masih terus disini. Karena hanya militer yang misinya selesai. Sementara NGO sudah mulai datang, agency-agency Indonesia sudah datang. Mereka lebih cocok untuk rehabilitasi disini," kata Komandan Operasi Kemanusiaan Tentara Singapura di Meulaboh, Aceh Barat, Tan Tjuan, dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar.

Tan Tjuan ditanya, soal penarikan 700 pasukan militer Singapura dari Meulaboh. Ia mengaku penarikan pasukan tersebut karena misi mereka sudah selesai. Tan Tjuan menganggap sudah banyak kemajuan di Meulaboh. Ia mengatakan, para LSM dan pemerintah Indonesia lebih efektif untuk melakukan rehabilitasi di Meulaboh ketimbang relawan militer.

Hal yang sama juga terjadi dengan para relawan militer asal Amerika Serikat. Komandan Militer Amerika Serikat untuk wilayah asia Pasifik Thomas Fargo dikutip dari Kantor Berita AFP, mengatakan, dalam waktu 60 hari dari sekarang, seluruh pasukan Amerika Serikat akan ditarik dari Nangroe Acheh Darusallam. Ia mengatakan penarikan 15 ribu pasukannya, sesuai dengan permintaan pemerintah Indonesia yang menginginkan pasukan militer asing segera meninggalkan Acheh pada akhir Maret.

Sikap pemerintah Amerika ini ternyata mengundang reaksi dari PBB. Seorang anggota tim kesehatan dari PBB Rob Holden menyayangkan sikap Amerika tersebut. Ia mengatakan Kapal Induk Amerika dan Helikopter Amerika masih sangat dibutuhkan untuk mengangkut persediaan logistik ke lokasi bencana.

***

Mengapa para pasukan militer asing ini mulai menarik pasukannya dari Nangroe Acheh Darusallam?.

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu mengambil sikap untuk membatasi para pasukan Militer. Ia mengambil kebijakan membatasi keberadaan para pasukan militer asing di Acheh hingga 26 maret 2005. Namun kebijakan ini kemudian diralat oleh sekretaris negara Sudi Silalahi.

"Presiden sampai dengan saat ini tidak pernah memberikan batasan waktu batuan itu berakhir. Tapi time line dimaksudkan dalam tiga bulan, atau hingga 26 Maret nanti, ditargetkan tanggap darurat yang kita tentukan itu dapat dicapai. Nanti setelah tiga bulan itu barangkali keterlibatan personil-personil tidak mungkin akan perlu lanjutannya ini bisa dikurangi," kata Sudi Silalahi saat itu.

Selain membatasi keberadaan para pasukan militer asing di Acheh , pemerintah Indonesia juga membatasi wilayah kerja relawan asing. Relawan asing hanya diperbolehkan mengakses lokasi bencana di Banda Acheh, Acheh Besar dan Meulaboh. Pemerintah Indonesia beralasan pembatasan akses wilayah tersebut adalah untuk keamanan para relawan asing itu sendiri.

Juru bicara Kedutaan Besar Australia Elizabeth O'Neill terkejut mengetahui Amerika dan Singapura sudah mulai menarik pasukannya dari lokasi bencana di Acheh. Ia mengatakan pasukan militer Australia masih mau membantu pemulihan kondisi di Acheh. Ia mengatkan sampai saat ini Australia belum merencanakan menarik pasukannya dari Acheh.

"Saya pikir mereka tidak pernah ada waktu yang cepat. Tetapi saya sudah menjelaskan waktu pemerintah Indonesia mau military Australia pulang, pasti langsung … kami hanya disini untuk satu keharusan untuk membantu pemerintah Indonesia. Kami tidak ada maksud yang lain," kata O'Neill.

Hal yang sama juga diungkapkan Juru Bicara Kedutaan Jepang, Ayako Shimizu. Ia mengatakan pemerintah Jepang belum merencanakan untuk menarik pasukannya dari Aceh, namun pemerintah Jepang akan menarik pasukannya dari Aceh kalau pemerintah Indonesia memaksa.

"Dari pihak Jepang tidak memberi batas waktu. Tetapi sesuai kebutuhan yang di lapangan. Selama tiga bulan aktivitas ya… tapi kalau situasi tidak memungkinkan ya.. dipulangkan. Kalau kurang waktu tiga bulan tidak diperlukan, juga akan dipulangkan," kata Shimizu.

Menteri Koordinator Kesejahteran Rakyat Alwi Shihab mengatakan para relawan tim medis asing sebaiknya pulang saja ke negaranya jika sudah tidak dibutuhkan lagi di lokasi bencana. Ia mencontohkan relawan tim medis dari Jordania yang sudah pulang ke negaranya.

"Tentunya tim medis yang sudah merasa tidak sangat dibutuhkan, atau merasa tenaga medis kita sudah bisa mengambil alih tugas mereka. Kita tidak bisa menahan, kita persilahkan saja pulang," kata Alwi Shihab.

Alwi Shihab juga mengatakan beberapa relawan tim medis asing juga sudah dipindahkan dari Banda Aceh ke Medan. Alasan pemindahan tersebut karena ia menilai tim medis di lokasi bencana sudah berlebihan.

Kepala Divisi Indonesia dari LSM kesehatan internasional Medicins Sans Frontier (Dokter Lintas Batas), Sabine Reins mengatakan sampai saat ini mereka tetap melakukan kegiatan kemanusiaan di Acheh terutama untuk memulihkan kesehatan para korban tsunami di Aceh.

"Oh tidak (akan segera pulang). Kita masih punya banyak relawan yang bekerja di Aceh, baik relawan Indonesia dan relawan Internasional. Rencana kita adalah untuk menuntaskan kerja kita di Aceh untuk membangun kembali Aceh, terutama di sektor kesehatan," kata Sabine Reins kepada 68H.

Ia berharap pemerintah Indonesia memberikan akses waktu tanpa batas untuk setiap relawan asing yang bekerja di Acheh, terutama di bidang kesehatan. Karena menurutnya butuh waktu lebih dari tiga bulan untuk merehabilitasi semua sektor di Acheh yang terkena bencana Tsunami.

Rezki Hasibuan - 68H Jakarta

"Nangis, Mendengarkan Khutbah Idul Adha"

Idul Adha tahun ini dirayakan dengan sangat berbeda oleh rakyat Aceh. Dalam suasana berduka, muatan khotbah di mesjid-mesjid lebih banyak merefleksikan bencana tsunami yang terjadi disana. Tidak ada kemeriahan Festival Muslim di Mesjid Baiturrahman, Banda Aceh seperti tahun sebelumnya. Tetapi lewat bencana, keimanan baru tumbuh di hati rakyat Aceh. Cerita ditulis Monique Rijkers.

***

Ada satu masjid besar yg berada di dekat lokasi pengungsian. Mulai berdatangan pengungsi dari kamp pengungsian di salah satu lapangan bola. Satu persatu datang utk sholat Idul Adha dengan segala keterbatasan yang ada, mereka mencoba merayakan Idul Adha di Meulaboh.

Idul Adha di Meulaboh, Aceh Barat, tak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Reporter 68H di Meulaboh, Aceh Barat, Fariansyah bercerita, bencana tsunami yang menghempas Nangroe Aceh Darusalam memaksa umat Islam di sana berlebaran haji dengan segala keterbatasan, bahkan ketiadaan. Tak ada tempat tinggal, harta benda, pun keluarga yang semuanya hilang begitu gelombang besar datang.

Suasana tak jauh beda terlihat di wilayah Aceh Utara. Di ibukota Lhokseumawe, masih ada pemotongan kambing menandai proses qurban. Namun, seperti diungkapkan Safrianti, nuansa murung masih terekam di sana. Menurut Safrianti, saat kotbah Idul Adha pagi tadi dikumandangkan, banyak orang meneteskan air mata.

"Pas waktu sembahyang itu yang dibahas kan masalah kurban, penting berkurban tapi sekarang yang dibahas masalah tsunami. Imannya lari dari masalah kurban, tapi banyak orang yang nangis dengar khotbah macam begini," tutur Safrianti.

Ibukota Nangroe Aceh Darussalam, Banda Aceh tak luput dari suasana duka. Reporter Prima FM Banda Aceh Syafrie Muarif menyebutkan, warga Banda Aceh yang berkeliling untuk bertakbiran, tak seramai dulu. Pelipur lara bagi mereka adalah kedatangan Presiden Yudhoyono yang bersama-sama shalat di Mesjid Baiturrahman dan menyumbangkan hewan qurban. Meski dalam suasana berduka, Nur Syafrie menambahkan ia bersyukur masih diberi kesempatan oleh Tuhan merayakan Idul Adha hari ini.

"Saya mungkin orang yang lebih beruntung dibandingkan saudara saya. Saya bisa mengikuti perayaan Hari Raya ini, bisa sholat Idul Adha. Perasaan saya sekarang, yaa...mungkin seperti orang Aceh lainnya, tetap semangat, ingin tetap survive dan semoga Tuhan masih bersama kami," kata Nur Syafrie.

Raihan, warga Banda Aceh mengungkapkan rasa syukur yang sama. Keluarga intinya selamat, meski harta benda rusak terendam lumpur tsunami. Namun, ia mengaku bersyukur atas anugrah kehidupan yang masih dimiliki. Raihan mengatakan saat sholat tadi pagi, ia masih teringat kejadian bencana 26 Desember lalu.

"Teringat lagi kejadian itu. Jadi memang, zikir dalam hati kalo memang Allah itu berkuasa, kalau mau datang musibah.., kapan saja bisa terjadi. Jadi teringat lagi dengan saudara-saudara yang sudah dapat musibah itu," kenang Raihan.

Suasana Idul Adha yang berbeda bukan saja terasa saat sepinya takbir atau muatan khotbah saat sholat di mesjid. Makna Idul Adha kali ini pun dirasakan sangat berbeda oleh rakyat Aceh. Ketua Syariat Islam Aceh Ali Yasa menceritakan penekanan khotbah di meunasah dan mesjid lebih ditekankan pada penanganan pasca bencana khususnya menyangkut pengelolaan bantuan yang berlimpah-limpah bagi warga Aceh. Tetapi yang lebih penting Ali Yasa mengatakan bencana tsunami membangkitkan kesadaran keimanan baru di relung hati warga Aceh.

"Jadi kita harus mempertebal keimanan dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Kita perlu memperteguh komitmen terhadap ajaran agama. Jadi kesadaran itu muncul di tengah masyarakat. Namun, apakah kesadaran itu bertahan lama atau sesaat, waktulah yang menentukannya," lanjut Ali Yasa.

Peringatan Idul Adha atau Hari Raya Kurban yang berbeda bagi orang Aceh. Idul Adha kini dijalani tanpa ceria keluarga, sanak saudara dan orang tercinta yang duduk bersama bersantap daging kurban. Bukan ketupat, bukan rendang ataupun sate kambing kurban yang mereka rindukan. Tapi sebuah kebesaran jiwa untuk menerima segala cobaan.

Tim Liputan 68H

Setelah "Ritual" Mencari Utang, Usai

Lagi utang baru terkucur dengan sukses darikelompok negara donor CGI. Besarnya kali ini 2,8 miliar dolar amerika atau sekitar 25 triliun untuk menutup anggaran negara yang kurang. Seperti tahun lalu para pemberi utang menyoroti masalah korupsi, penegakan hukum dan kemiskinan. Namun ada yang berbeda dalam sidang CGI kali ini, Indonesia diberi kesempatan memimpin jalannya sudang berikut menentukan strateginya. Sidang juga memberi titik terang tentang jumlah bantuan untuk tsunami Aceh yang selama ini simpang siur. Laporan disusun Arin Swandari.

***

Tak punya uang belanja yang cukup membuat Indonesia tiap tahun harus mencari lubang untuk menutupinya. Rapat dan loby digelar bersama wakil-wakil lembaga donor dan negara asing dalam ritual tahunan bernama Forum Consultatif Group on Indonesia CGI. Selama dua hari 13 menteri dan pejabat bidang ekonomi negara bertemu belasan lembaga donor dan wakil 22 negara, pengusaha mancanegara dan lembaga swadaya masyarakat secara intensif merundingkan hinga akhirnya keluar angka 3,4 miliar dolar atau sekitar 31 triliun rupiah. Sebanyak kurang lebih 25 triliun akan dimasukan dalam APBN dan dihitung sebagai utang sisanya akan diberikan langsung ke masyarakat alam bentuk hibah.

Tetapi ada yang berbeda dalam ritual perjuangan mencari utang tahun 2005. Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie mengatakan ini dalah yang pertama bagi Indonesia menjadi pemimpin jalannya sidang CGI ke 14.

Perbedaan lain sidang CGI yang belangsung di bank Indoensia kali ini adalah munculnya pembicaraan rekonstruksi dan rehabiltasi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara pasca Tsunami, yang justru nyaris mendominasi babak demi babak pembahasan. Tak berlebihan kalau kemudian forum CGI memberi tanda lebih terang tentang jumlah bantuan untuk aceh yan selama ini simpang siur. Forum ini mengindentifikasi angka sekitar 15 triliun untuk aceh, hampir 11 Triliun diantaranya diberikan dalam bentuk hibah dan sisanya utang lunak.

Urusan puluhan triliun ini seperti biasa membuat para pemberinya harus hati-hati, terutama karena Indoensia masih menyandang predikat yang subur untuk korupsi, Jaksa Agung Abdurahman Saleh mengatakan para negara donor itu mempertanyakan langkah-langkah pemerintah mengenai hal ini.

***

HS Dilon wakil dari masyarakat yang terlibat aktif dalam sidang ini mengatakan, wajah-wajah wakil negara donor kali ini tak semarah tahun-tahun lalu. Meski mereka masih mempertanyakan perkembangan perjalananan pemberantasan korupsi, menurut dilon sebagian besar memaklumi langkah pemerintah yang baru seumur jagung.

Toh bank dunia seperti disampaikan oleh Jammaludin kasum secara formal mengaku terkesan dengan pemberantasan korupsi. Jamalludin mengatakan melihat banyak perkembangan membuat bank dunia memutuskan mengucurkan utang lagi dan siap terlibat dalam pembangunan infrastruktur yang dicanangkan dalam konfrensi sebelumnya.

Bank dunia menjadi pengucur utang terbesar selain negara jepang dan bank pembangunan Asia ADB. Dari lembaga ini keluar dana sebesar 730 juta dolar. Persis dibawahnya adalah jepang. Duta besar Jepang Ytaka Iimura mengatakan negaranya menangkap kesan Indoensia sudah mulai banyak menghasilkan reformasi birokrasi dan administrasi.

Masalah klasik kemiskinan yang dari tahun ke tahun senantiasa dikampanyekan juga menjadi perhatian. Seperti biasa rencana-rencana kerja pengentasan kemiskinan disodorkan ke depan hidung mereka baik untuk jangka panjang dan pendek. Menteri Perencanaan pembangunan Nasional Ketua bappenas Sri Mulyani indrawati mengatakan negara donor sangat peduli dalam program-program pemberantasan kemiskinan yang tetap menghinggapi Indoensia.

Pemerintah seperti diperkirakan sejak awal boleh dibilang sukses berutang dalam forum CGI ini. Selanjutnya utang ini akan masuk dalam daftar panjang utang-utang sebelumnya. Menurut Menteri Koordinator perekonomian meski tahun ini dari lubang CGI terkucur 2,8 miliar dolar utang, tapi stok utang indonesia tahun ini sesungguhnya berkurang karena pemerintah juga mengagendakan pembayaran cicilan. Ia mengatakan indinesia masih berada di di batas aman beban utang suatu negara
Usai sudah ritual tahunan mencari utang bagi pemerintah indonesia 2005. Sampai jumpa dalam CGI tahun depan dengan jumlah utang baru, sebab tahun depan sudah pasti uang belanja Indonesia masih akan kurang dan satu-satunya penutup yang paling mungkin tetap utang luar negeri.

Arin Swandari 68H Jakarta

Idul Adha dan Nilai-nilai Universal

Perayaan Idul Adha di Indonesia mungkin penuh nuansa berbeda. Adat Megang di Aceh kebiasaan warga Aceh memotong hewan qurban lalu berkumpul untuk memakannya tidak bisa dilakukan warga aceh yang hidup dalam pengungsian. Sedang suasana takbiran di mesjid Baiturrahman pun terkesan sepi. Indonesia memang sedang beruntun mengalami peristiwa bencana, mulai dari tsunami dan bajir di beberapa wilayah. Bagaimana hakikat sesungguhnya Idhul Adha yang dikemukakan Ulama? Laporan disusun Irvan Imamsyah.

***

“Qurban itu hanya simbol saja. Anda, jangankan mempunyai anak diminta, mempunyai kambing diminta aja pelitnya bukan main. Jadi intinya bukan harus kambing atau apa. Mau berkorban tidak dengan harta anda gitu loh?. Tidak usah dikaji secara fiqih, mau berkoban kambing atau duit. Apa saja kalau diikhlaskan untuk kepentingan orang lain kasihkannya, apa saja namanya sedekah atau apa terserah anda. Kenapa? Kenapa kita mempertentangkan hal yang hanya bersifat simbol tok. Sedangkan kita tidak berkorban apa-apa.”

Pernyataan diatas disampaikan KH Mustofa Bisri, seorang ulama asal Jawa Timur, sehari sebelum perayaan Idul Adha. Mustofa mengatakan apapun bisa dikorbankan asal kita ikhlas melepaskannya.

Tetapi bagaimana perayaan Idul Adha pasca bencana Tsunami di Aceh.? Perayaan Idul Adha di Aceh tidak berlangsung seperti biasanya. Ini dikarenakan ribuan masyarakat jatuh miskin karena harta bendanya terseret amukan Tsunami.

Suasana takbiran di Mesjid baiturrahman berlangsung tidak seperti biasanya. Di Mesjid itu, hanya sedikit warga asal Aceh yang mengumandangkan takbir. Karena kebanyakan dari mereka yang hadir adalah para relawan yang bertugas membantu masyarakat Aceh.

Boleh jadi Perayaan Idhul Adha memiliki nuansa yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebuah nuansa berbeda dan khusus karena bencana beruntun meluluhlantakkan Indonesia tiada habisnya. Bencana Tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, sedang Banjir melanda bagian lain wilayah Sumatra, Kalimantan dan Jawa.

Di wilayah Aceh dan Sumatra Utara, puluhan ribu jiwa meregang dalam sebuah nasehat kematian yang maha agung. Tsunami, sebuah nasehat bagi kita. Seperti dikatakan Kyai sekaligus budayawan Mustofa Bisri.

“Sebetulnya peristiwa Tsunami. Kalau diibaratkan kematian adalah nasehat yang paling nasehat, maka Tsunami merupakan kematian yang begitu agung dari kematian yang maha nasehat. Seorang ulama besar memberikan komentar disini. Kalau orang tidak bisa dinasehati oleh kematian maka percuma dinasehati oleh nasehat yang lain. Nah kalau kematian nasehat yang paling nasehat maka Tsunami merupakan kematian yang amat agung yang pasti akan menjadi nasehat yang maha nasehat bagi orang yang takut dan mempunyai hati nurani untuk dinasehati.”

Kelemahan sebuah nasehat adalah peluangnya untuk dihiraukan. Menurut Mustofa Bisri, ini disebabkan setiap umat baik langsung maupun tidak langsung telah dididik untuk mencintai diri sendiri. Dalam bahasa yang sama dikatakan lebih senang mencintai materi.

“Karena orang-orang begitu mencintai materi, otomatis menjadi sangat mencintai dirinya sendiri, sehingga pada gilirannya enggan untuk berkorban untuk kepentingan yang lain. Meskipun itu demi mendapatkan ridha dari tuhannya. Kita tahu bahwa segala macam yang kita lakukan sekarang hampir dihitung dengan kepentingan, keuntungan dan kerugian untuk diri sendiri sehingga ini mengakibatkan konsep-konsep mulia seperti pengorbanan dan seperti setia kawan menjadi sesuatu yang sangat lux di negeri kita ini.”

Kehadiran Idul Adha diharapkan dapat mengingatkan kembali ingatan seluruh umat untuk menjaga dan menumbuhkan kembali rasa kesetiakawanan yang selama ini hilang.

Biasanyanya Idul Adha diwarnai dengan memotong hewan Qurban, baik kambing atau sapi untuk dibagikan kepada fakir miskin. Bagi yang mampu, selain memotong hewan Qurban, masyarakat mampu juga berbondong-bondong menunaikan ibadah Haji ke Arab Saudi. Lalu apa pandangan Mustofa Bisri mengenai kewajiban menunaikan ibadah Haji.

“ Ibadah haji itu sebetulnya tidak ada sulitnya sama sekali, kenapa sekarang harus ada manasik, penataran manasik haji sampai berhari-hari mengeluarkan biaya sekian. Wong ibadah haji Cuma putar-putar, lari-lari, lempar-lempar gitu aja kok. Tidak ada sulitnya. Ini semua berawal dari dari pada tidak pernah dilakukannya pengkajian ulang terhadap sesuatu yang dianggap sudah benar selama ini. Jadi orang kita menganggap apa yang dilakukan sudah benar. Jadi dilakukan dari dulu begitu terus, jadi dianggap sudah benar.”

Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Syafi’ie Maarif juga mengatakan hal serupa. “Qurban artinya mendekatkan diri kepada langit, kepada Allah. Tapi kita juga berkorban, mengorbankan apa ang kita cintai untuk kepentingan sesama. Saya rasa itu filosofinya. Saya rasa Haji itu jelas ada nilai universal disana dari kepercayaan umat islam. Kita lebih banyak terperangkap oleh simbol-simbol, ritual-ritual tapi kita lupa substansi. Saya kira bangsa Indonesia berada disitu posisinya.”

Menurut Syafi’ie Maarif, untuk mengubah posisi itu, proses pencerahan dan upaya pencerdasan terhadap umat beragama harus terus menerus dilakukan.

“Kalau tidak pakai agama kita pakai akal sehat. Apa yang lumpuh sebetulnya akal sehat. Apa yang lumpuh selama ini hati nurani. Itu yang kita bangun kembali. Dan suatu hal yang kita bersyukur, melihat bencana Aceh membuat semua orang tergugah semua. Dan luar biasa perhatian orang untuk berkorban untuk semua itu. Dan bahkan muhammadiyah mengeluarkan fatwa bantuan untuk Aceh itu wajib, untuk Qurban saja sunat. Menurut saya itu fatwa agama yang merupakan terobosan.”

Menurut Syafi’ie Maarif, pelaksanaan Qurban juga memerlukan proses kreatif dan inovatif. “ Dan ini ada dibeberapa tempat, mereka potong korban lalu mereka buat Abon untuk dikirim ke Aceh. Ini bagus sekali, ini kreatif dan inovatif sekali. Ini Abon kan bisa tahan lama. Jadi mereka sembelih di Jawa atau dimana lalu mereka jadikan abon. Menurut saya ini konkrit yang dilakukan oleh maysarakat.”

Lalu apa yang diharapkan dari Idul Adha.

050120-68h-van-mustofa bisri soal Idul Adha dan Idul Qurban

“Nah ini sebetulnya dalam Idhul Adha atau Idhul Qurban ini, kita semua seharusnya perlu mengingat itu. Di jaman dimana orang enggan berkorban untuk sodaranya, untuk kawannya, untuk mengingat kembali kepada keikhlasan, pengorbanan nabi Ibrahim dan Ismail ini. Orang-orang yang beriman terutama kaum muslimin diharapkan bisa tersentuh dan meneladani pengorbanan dari kedua manusia pilihan itu," kata Mustofa Bisri.

Mustofa Bisri mengatakan, umat islam perlu saat ini perlu mereformasi keberagamaannya. Ini perlu dilakukan agar semua orang bisa mengerti konsep islam, ibadah, Allah dan Hakikat Manusia yang sesungguhnya.

"Sampai kiamat kurang dua hari, tetap harus mereformasi, mengkaji ulang, konsep tentang agama, tentang islam dan ibadah, Allah dan manusia, itu semua yang harus dikaji ulang karena kita selama ini kita menganggap tidak benar terus. Padahal belum tentu karena kita tidak pernah mengkaji ulang. Lalu setelah itu kita bisa bicara hal yang lain. Kalau misalnya konsep kita tentang gusti Allah selama ini benar padahal keliru. Lalu konsepsi ingin menyenangkan Allah tapi malah mendapatkan murkanya karena kita gak tahu," kata Gus Mus.

Tim Liputan 68H