Halaman Depan   Laporan Utama   Tajuk 68H   Profil 68H   Agenda 68H

Saturday, January 22, 2005

Menantang Hujan Tanpa Payung...

Sejumlah daerah di Indonesia di awal tahun ini terendam banjir. Mulai dari Aceh, Sumatera selatan, hingga Brebes Jawa Tengah. Ironisnya, kebanyakan pemerintah daerah baru menyikapinya setelah banjir terjadi. Padahal bencana sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu. Laporan disusun Budhi Kurniawan.

***

Banjir tahun ini bukan cuma melanda Jakarta. Meski tak separah banjir pada tahun-tahun sebelumnya, banjir kali ini merata terjadi di berbagai daerah di Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Jambi, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Di Indramayu, Jawa Barat misalnya, banjir menyebabkan sekitar 20 ribu hektar areal persawahan padi di Kecamatan Krangkeng, Kedokan Bunder, dan Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, mesti menunda masa tanam padi hingga tiga bulan.

Namun ironisnya kesigapan pemerintah daerah setempat menghadapi musibah yang hampir menahun ini masih terbatas pada penanganan pasca terjadinya banjir. Kesigapan gubernur maupun pemerintah kota masih terbatas pada penyaluran bantuan bagi korban yang mengungsi. Seperi dilaporkan. reporter Radio LCBS Palembang Sulaiman DJ.

"Kalau Pemerintah Provinsi, sangat tanggap dalam masalah korban banjir. Gubernur sudah berulang kali berkunjung ke Kabupaten Ogan Komering Ulu. Di sana, gubernur langsung memberikan bantuan berupa mie instan, dan juga beberapa ton beras kepada lima kabupaten yang dilanda musibah banjir. Termasuk juga tenda-tenda dan juga tim para medis sudah turun," lapor Sulaiman DJ.

Padahal mestinya penanganan banjir yang terjadi dari tahun ke tahun juga menyertakan antipasi terjadinya banjir tahun mendatang. Selain itu dengan penanganan yang betul, mestinya kerusakan yang timbul tidak akan terlalu parah, dan tidak akan daerah yang sampai terisolir sehingga tak mendapat bentuan. Seperti yang diceritakan Sulaiman tentang kondisi di Sumatra Selatan beberapa hari lalu. Dengan total kerugian mencapai 15 Milyar Rupiah, Sulaiman merinci kerugian yang dialami wilayah tersebut akibat banjir.

"Banjir merendam 19 kecematan dan 99 kecamatan (di Sumatra Selatan). Penduduk yang mengungsi hampir 18 ribu jiwa, dan (termasuk) 2.800 lebih kepala keluarga. Gedung sekolah yang terendam banjir 35 buah dan rumah yang terandam banjir hingga 2 meter itu 13.800 lebih," lanjut Sulaiman DJ dari Radio LCBS Palembang.

***

Di Brebes, Jawa Tengah, banjir menyebabkan ratusan hektar areal tambak di Dukuh Karangmangu gagal panen karena ikan yang ada di dalamnya hilang terbawa luapan air. Di Pidie, ribuan hektar padi hanyut. Hari Rabu 19 Januari lalu, hampir semua sawah di 30 kecamatan yang berada di Kabupaten Pidie dilanda banjir. Sembilan kecamatan, yaitu Jangka Buya, Ulim, Mereudu, Bandar Baru, Padang Tiji, Meurah Dua, Pekan Baru, Simpang Tiga, dan Delima mengalami banjir terparah.

Di Barito, Palangkaraya, Kalimantana Barat, banjir yang terjadi pada awal Januari lalu menyebabkan perekonomian masyarakat lumpuh, dan sedikitnya 45 bangunan sekolah SD dan satu bangunan SLTP yang ada di daerah aliran Sungai Barito diliburkan.

Sementara itu, Pemerintah Daerah Jambi mengaku sudah bersiap seandainya banjir besar merendam Jambi. Menurut juru bicara Pemda Jambi Harun Saad berbagai persiapan tersebut antara lain adalah menyiapkan logistik hingga tenda pengungsian.

"Posko-posko pun sudah disapkan di kabupaten-kabupaten sejak hujan baru-baru ini. Pak Gubernur pun sudah mengintruksikan kepada semua bupati dan camat untuk waspada terhadap banjir ini untuk segera mengambil tindakan. Dan kepada warga yang tinggal di sekitar sungai Batanghari agar segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi," kata Harun Saad.

Sementara untuk menangulangi persoalan banjir di Jambi pada masa mendatang, menurut Harun Saad, Pemda telah memiliki rencana mengeruk sungai Batanghari. Namun hingga kini proyek tersebut belum juga dikerjakan karena persoalan dana. Tahun ini kondisi banjir di Jambi memang tak separah tahun sebelumnya. Pada akhir tahun 2003 lalu Banjir yang melanda hampir separuh Provinsi Jambi, pada Desember 2003 lalu ditaksir mengakibatkan total kerugian mencapai 254,6 miliar Rupiah.

Banjir di sejumlah daerah saat ini memang seolah luput dari pemberitaan media. Bencana dahsyat yang melanda Nanggro Aceh Darussalam pada 26 Desember silam masih menjadi fokus perhatian masyarakat maupun pemerintah pusat. Padahal kerugian yang juga terjadi akibat banjir ini juga cukup tinggi.

Aidil Fitri, Direkstur Eksekutif Walhi Sumatera Selatan menilai selama ini Pemerintah Daerahnya juga lebih banyak mengambil tindakan setelah banjir terjadi. Padahal seharusnya, penanganan untuk pencegahan banjir sangat penting. Salah satunya melalui pemberdayaan hutan untuk meresap air.

"(Banjir ini) disebabkan oleh konversi hutan yang terlalu berlebihan. Di daerah daerah sekitar aliran sungai, hutannya sudah habis. Di daerah-daerah hulunya sudah dipenuhi dengan perkebunan sawit, karet, industri pertambangan, sehingga mengurangi daya serap hutan terdapa air," jelas Aidil Fitri.

Aidil mengatakan, di daerah yang memiliki titik-titik yang rawan banjir setiap tahunnya, mestinya pemerintah daerah memberikan peringatan dini kepada masyarakat akan adanya bencana banjir. Dengan informasi yang cukup, menurut Aidil, warga bisa bersiap menghadapi bencana banjir. Seperti menantang hujan tanpa payung.

Tim Liputan 68H